Selasa, 29 Maret 2016

Ini dia lanjutan ceritanya gaes...

            “Gak ada ti. Tadi dipinjam Raras sama Lita, trus mereka pergi ke kantin. Kata mereka, handphone kamu dikolong mejanya Hani. Tapi setelah aku periksa, handphone kamu memang tidak ada. Gimana dong?” Jawab saya panik.
“ah, gantiin kamu Nur, aku gak mau tau.” Paksa Oti.
“Bukan aku ya ti yang ngambil, aku baru aja datang ke kelas” Jawab Hani dengan ketakutan.
“ah,, jangan bohong kamu han. Coba lihat tas kamu. Siapa tahu handphone ku ada ditas kamu lagi” Oti menantang Hani.
“nih.. periksa aja tas gue. Gue ga mungkin ngambil handphone lu kok” Hani membela dirinya.
lalu tas Hani pun diperiksa oleh Oti. Semua barang-barang yang ada di dalam tas Hani pun dikeluarkan oleh Oti. Dan ternyata, handphone Oti pun memang ada didalam tasnya Hani. Kemudian Oti pun marah besar kepada Hani. Kenapa Hani mengambil handphone nya Oti?
            “ini apa han??? Ini handphone ku. Mana? Katanya kamu gak ngambil handphone ku. Ini buktinya?” Oti berbicara keras dihadapan Hani.
            “sumpah deh Oti. Aku gak tau kenapa handphone kamu ada didalam tas aku. Sumpah demi Allah, bukan aku yang ngambilnya!!” Hani tetap tidak mau disalahkan.
            “Nur, lu bener-bener yak. Lu mau fitnah gue apa?? Jangan mentang-mentang lu ulang tahun terus lu mau nyari perhatian orang!!! Sumpah yak, ini gak lucu. Gue beneran gak masukin handphonenya Oti ke tas gue. Ini pasti Cuma akal-akalan Nurul doang. Jelas-jelas tadi handphonenya Oti, Nurul yang mainin!” Hani gak terima atas tuduhan Oti.
Dengan keadaan fisik Hani yang lemah, beberapa detik setelah dituduh mengambil handphone Oti yang hilang, Hani pun langsung pingsan terkapar di depan kelas.
            “Apa-apaan sih ini!! Kalau mau ngerjain orang liat-liat dong! Hani sampe pingsan gini. Parah lu semua!” Baim menyentak anak-anak sambil mengangkat Hani ke kursi.
Semua perhatian anak-anak sekelas tertuju pada Hani. Sampai Hani sadar dari pingsannya dan bel istirahat selesai pun berbunyi. Anak-anak memasuki kelas kembali untuk memulai pelajaran. Saya disini bingung. Saya hanya korban yang entah siapa pelaku sebenarnya. Saya berfikir memutar otak. Sebenernya ini memang kesalahan saya. Kalau aja waktu ke kantin, handphonenya Oti saya bawa, pasti gak akan kejadian seperti ini. Tapi da saya mah apa atuh, nasi sudah menjadi bubur.

Tunggu part selanjutnya, makin seru dan menegangkan..

0 komentar:

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!